Catur Warna Menurut Brahmokta Widhisastra



Brahmokta Widhisastra memberitahukan tentang Tattwa yang ada di dalam tubuh.
Setelah munculnya Sang Brahmana dari dahi, muncullah Ksatriya dari bahu Sang Hyang. Diperkenankanlah mereka mengetahui isi dari Dhanur Weda Shastra, guna menjaga segala ciptaan adalah tujuannya, ia adalah penjelmaan dari Wishnu. 

Setelah munculnya Ksatriya dari bahu Sang Hyang, muncullah Wesya dari paha Sang Hyang. Mereka diperintahkan untuk menggerakkan aktivitas pertanian dan memelihara hewan lembu, sebagai sarana di dalam mengerjakan sawah, sebagai makanan pemberi hidup pada semua ciptaan tujuannya.

Setelah munculnya Sang Ksatriya dari paha Sang Hyang, muncullah Sudra dari telapak kaki Bhatara. diutuslah mereka berdagang berlayar sebagai pekerjaannya. Sebagai tujuannya adalah mendapatkan setiap yang disandang atau dikenakan oleh ciptaan setiap yang utama rupa dan warnanya. 

Demikianlah penciptaan dari Catur Warna. Ada pun apabila ciptaan tersebut berbudhi menyimpang dari kesusilaan dan lupa pada tata karma, beginilah jadinya menurut ucapan Wakya:

Sang Brahmana dan Sang Ksatriya yang melakukan perbuatan-perbuatan bertolak belakang dengan ajaran kesusilaan menyalahi ke-dwija-an dirinya serta keksatriyaan dirinya, salah dalam berbahasa, salah dalam perbuatan, mengerjakan pekerjaan yang bukan pekerjaan dirinya, membicarakan yang tidak patut dibicarakan oleh Brahmana dan Ksatriya, sebagai tujuannya adalah agar mendapatkan nafkah dan pemenuhan kebutuhan bhoga dan upabhoga, maka pekerjaan orang lainlah yang dikerjakan olehnya, meskipun ia seorang yang sudah berpredikat seorang Dwija, berjulukan Brahmana Jati, tak pelak ia menjadi Sudra, tidak akan berbahagia walaupun ia kaya akan emas perak, tetapi ia menderita sebab dasar perbuatannya salah. Itu adalah Bhagna Brata namanya, sesuai dengan tingkah lakunya.

Adapun yang Wesya dan yang Sudra, apabila salah dalam mengambil pekerjaan, bukan pekerjaan dari karma seorang Wesya dan seorang Sudra, itu adalah manusia Candala, manusia hina, rendah namanya, bisa menjadi turun kedudukannya dari tingkatan Catur Janma.
Dikutip dari Brahmokta Widhisastra (https://ibgwiyana.wordpress.com/2017/11/13/brahmokta-widhi-sastra/)

No comments:

Post a Comment

Tiga Kerangka Agama?

Om Swastyastu Nasehat bagi kita yang senang mempelajari agama. Agama bukan hanya sloka-sloka atau ayat-ayat saja. Ada yang juga...