Bbe erapa Nasehat Ida Pandita Nabe Rsi Agung Siddhi Yoga
Teman bule suatu hari
pernah memberi nasehat kepada saya.”
When you step down from a seminar room, you should remember at least three
points talking in the seminar. To help you, please take notes”. Artinya kurang lebih bahwa ketika keluar dari suatu ruangan seminar, kamu harus
mengingat paling tidak tiga poin yang dibicarakan dalam seminar. Untuk
membantumu, buatlah catatan-catatan. Nasehat ini yang selalu saya ingat ketika
menghadiri suatu acara, termasuk ketika ada di acara Wanti Warsa Pasraman kita. Saya coba mengingat beberapa
point dari sambrama wacana Ida Nabe.
Wanti warsa ke-15 telah berlalu. Sayang kalau berlalu begitu
saja, mudah-mudahan tidak sekedar perayaan semata. Mesti ada hikmah yang dapat
diserap dari ulang tahun yang dilaksanakan secara sederhana tersebut. Catatan
ini sebenarnya pointers untuk catatan pribadi saya, namun kemudian saya berpikir bahwa baik juga di share dengan semeton
Pinandita untuk mendapatkan masukan tambahan. Mohon maaf, terutama kepada Ida
Nabe, apabila ada hal yang kurang tepat, apabila terdapat kekeliruan dalam
penafsiran saya. Lagi pula catatan ini bahasanya gado-gado, tidak mengikuti
aturan tata bahasa yang benar. Diambil maknanya saja. Nggih nunas Ampura.
1. Pertama-tama
Ida Rsi menyapa sane sampun persida hadir, matur sukseme para atiti sane sampun
persida rauh, Ketua DPRD Buleleng, Wakil Bupati Buleleng, Rektor UNDIKSA, Kadis PU, Ketua Walubi,
muah sane lianan.
2. Netegang Kayun. Ida Rsi mengingatkan para sisya,
utamine nanak sane anyar, sane wawu mewisuda,
mangdene saking mangkin, disampune mewisuda dados sisya anyar, saking
mangkin persida netegang kayun. Mapan dados
pengayah umat sane jagi anggene contoh
ring umat, mange mersidayang netegang kayun dumun. Dados pengayah umat ten
dados grasa- grusu. Didalam belajar spiritual, paling sulit netegang
kayun. Untuk itu agar nanak sering melakukan meditasi, melakukan japa
untuk menenangkan kayun secara rutin. Usahakan 10 – 15 menit setiap hari, baru lanjutkan dengan sembahyang.
3. Tantangan Masa Kini. Tantangan belajar spiritual di masa
kini tidak lebih mudah dari belajar spiritual masa lalu. Mangkin lebih berat tantangannya dari pada
dumun, walaupun berda di tengah keramaian tantangannya tidak lebih mudah, sama
saja dengan belajar di tengah alase. Pakibah
jagat sekadi mangkin, justru tantangannya lebih berat. Para sisya diharapkan
tetap pageh dalam menghadapi tantangan
jaman sekadi mangkin.
4. Mencerdeskan umat. Kedepan bagaimana kita para sisya
pasraman dapat berperan mencerdaskan
umat. Jro mangku, Jro Mangku Gede patut menuntun umat. Untuk dapat menuntun
umat, jro harus bisa menuntun diri sendiri terlebih dahulu. Jro harus bersinar
lebih dahulu baru dapat menyinari orang lain, menyinari umat. Yan sampun
bersinar mekadi lampune wawu teka dedalune. Lamun sampun bersinar, Ibarat laron
yang akan mencari sumber sinar. Disini
peran nanak sami, disamping belajar spiritual, di sini perlu juga mempelajari ilmu jnana yoga, penenangan pikiran.
5. Menjaga
Nama dan Reputasi Pasraman. Rsi mengharapkan nanak sami saling
menjaga sesama sisya, juga menjaga nama baik dan reputasi pasraman tempat
kita belajar, , dengan selalu bertutur dan berlaksana yang baik dan patut. Juga
jangan lupa dengan keberadaan Pasraman kita.
No comments:
Post a Comment